Menjadi seorang Ibu adalah suatu pilihan....
1. Memilih untuk siap mencurahkan waktu, tenaga dan pikiran untuk keluarga
2. Memilih untuk siap menjadi contoh yang yang baik bagi anak-anak kita
3. Memilih untuk menjadi seorang pribadi yang super sabar dalam mendidik dan membesarkan buah hati
4. Memilih untuk merelakan waktu kita dan mengutamakan waktu bersama buah hati
5. etc
Jika
melihat point-point diatas, rasanya diri ini masih jauh dari sikap
seorang ibu yang sempurna.... semoga bisa menjadi lebih baik
lagi...Amiin
Setiap wanita pasti menginginkan menyandang gelar
tersebut. Gelar yang sangat membanggakan meskipun dibandingkan dengan
gelar-gelar tingkat pendidikan apapun dan walaupun harus bergulat dengan
segala konsekuensinya.
Do you want to be a Full Time Mom or a Working Mom ? Which one the best ?
Seringkali
pertanyaan itu mengusik pikiran para ibu muda, tak terkecuali saya. Dan
saat ini saya pun sudah bisa merasakan menjadi keduanya :-) . Bagaimana
rasanya? apa bedanya? Menurut saya keduanya sama-sama memiliki
konsekuensi yang harus diterima dan dijalankan.
Tak ada yang
salah dengan seorang ibu yang bekerja, bahkan kita patut mengacungi
jempol. Walaupun mencari nafkah bukanlah tugas utama seorang wanita,
namun tidak ada salahnya jika seorang ibu dapat menunjang perekonomian
keluarga. Tentunya dalam batas-batas tertentu tanpa meninggalkan
kewajibannya sebagai seorang istri dan ibu. Setiap wanita juga memiliki
kelebihan yang berbeda-beda, seorang ibu A tidak bisa disamakan dengan
ibu B dalam memanajemen waktu bagi keluarganya. Ada seorang ibu yang
meskipun bekerja namun tetap bisa melaksanakan segala tugas rumah tangga
nya tanpa bantuan ART. Namun bukan berarti jika seorang ibu yang
menggunakan jasa ART adalah seorang ibu yang tidak peduli pada
keluarganya. Saya yakin setiap ibu pasti menginginkan untuk memberikan
yang terbaik bagi keluarga dengan caranya dan kelebihannya
masing-masing.
Saat sebelum menikah, saya masih menjunjung
tinggi idealisme saya. Saat itu saya masih bekerja pada sebuah
perusahaan perbankan dengan load aktivitas yang tinggi. Hampir setiap
hari saya meninggalkan kantor antara pukul 19.00-20.00. Saat itu saya
merasa tidak ada masalah, meskipun saya nanti telah menikah, saya tetap
akan bekerja pada perusahaan tersebut. Ya... saat itu yang saya pikirkan
adalah karir yang telah saya rintis selama beberapa tahun, tentunya
akan sangat sayang sekali jika saya tinggalkan. Apalagi saya merasa
untuk mendapatkan pekerjaan itu tidak semudah membalikkan telapak
tangan. Saya telah berencana jika saya menikah dan memiliki anak, saya
akan menggunakan jasa ART untuk membantu saya seperti yang teman-teman
saya lakukan. Toh mereka enjoy-enjoy saja (walaupun sebenanya saat itu
saya tidak tahu bagaimana perasaan mereka saat meninggalkan buah hati
mereka saat bekerja).
Mendekati hari H pernikahan, ibu meminta
saya untuk resign dan mengusulkan untuk memlih pekerjaan yang tidak
terlalu menyita waktu. Tentu saja saat itu saya menolak dengan
mengemukakan beberapa alasan. Ibu memberi gambaran bahwa jika saya nanti
telah menjadi seorang ibu, apakah saya bisa membagi waktu untuk
keluarga, bagaimana nanti saya dapat mendidik anak-anak jika sebagian
besar waktu saya habiskan di kantor. Meskipun dengan berat hati akhirnya
saya pun mengikuti nasehat ibu, saya mengajukan pengunduran diri sesuai
dengan permintaan ibu.
Setelah saya menikah dan memiliki
seorang anak, baru saya bisa memahami arti seorang ibu. Saat itu status
saya adalah sebagai ibu pekerja di sebuah instansi pemerintah daerah.
Saat masa cuti melahirkan berakhir, berat sekali rasanya hati ini untuk
kembali beraktivitas ke kantor. Rasanya ingin sekali membawa Syafa kecil
ikut ngantor juga. Walaupun begitu ini adalah konsekuensi yang harus
saya ambil dengan memilih menjadi seorang ibu bekerja. Tentunya sebagai
ibu bekerja, saya tidak dapat leluasa melakukan breastfeeding. Jika saya
sedang bekerja, Syafa kecil hanya bisa minum ASIP dengan sendok. Ini
juga salah satu konsekuensi yang harus saya pilih. Walaupun bekerja,
tentunya saya tetap ingin memberikan asupan yang terbaik untuk Syafa.
Tiap hari saya memerah ASI di kantor untuk persediaan Syafa jika saya
sedang tidak di rumah. Jadi teringat perjuangan seorang teman saat masih
bekerja di perusahaan swasta. Saat itu di kantor kami belum ada kulkas , jadi teman saya selalu menyempatkan pulang saat istirahat untuk
memberikan ASI pada bayinya. Itu pun tidak bisa berlama-lama karena
sering ditegur pimpinan untuk tidak pulang saat istirahat apalagi sampai
melewati jam istirahat. Hingga pada suatu hari teman saya mengalami
kecelakaan saat akan pulang untuk memberikan ASI nya. Saat itu kondisi
nya sangat parah karena mengalami pendarahan di otak akibat benturan di
kepala dan harus segera dioperasi. Dan alhamdulillah...atas ijin Allah
teman saya dapat segera tertolong. Betapa besar perjuangan seorang ibu
hingga bertaruh nyawa.
Saat Syafa sakit, tentunya saya juga tidak
bisa terlalu sering ijin tidak masuk. Dan saya yakin kondisi ini yang
paling menyedihkan bagi semua ibu bekerja. Saat anak sakit rasanya kita
selalu ingin berada di samping si kecil agar saat dia butuh sesuatu kita
segera sigap membantunya. rasanya tidak tega melihat si kecil dalam
kondisi sakit. Kalo udah seperti ini, pikiran pun tak tenang bekerja.
Teringat kembali pengalaman seorang teman saat masih bekerja di
perusahaan swasta dengan peraturan yang super ketat. walaupun anak sakit
tidak dapat dijadikan alasan untuk tidak masuk kantor. Sampai-sampai
teman saya selalu menangis selama di kantor, melayani nasabah pun dengan
mata sembab. Ya... tapi itulah konsekuensi yang harus dipilih. Dan saya
pun harus bersyukur dengan kondisi saya saat ini. Nasihat seorang ibu
memang luar biasa.... saya pun baru bisa menyadari nya sekarang, trima
kasih ibuku....
Namun dibalik konsekuensi itu semua tentunya ada
kebaikan dan kelebihan seorang ibu bekerja. Saya pun dibesarkan dari
seorang ibu yang bekerja. Banyak segi positif yang dapat saya ambil dari
sosok ibu saya yang mudah-mudahan dapat saya terapkan dalam kehidupan sehari-hari,
diantaranya :
1. Terbiasa mandiri
Karena
ibu tidak dapat sepanjang hari menemani anak-anaknya, mereka jadi terbiasa
mengerjakan segala keperluannya sendiri. Hal ini akan membuat anak-anak tidak terbiasa mengandalkan atau bergantung pada orang lain.
2. Disiplin
Setiap
pagi ibu bekerja dituntut untuk berangkat tepat waktu, dan ini terbawa
juga kepada anak-anaknya. Anak-anak tentunya juga harus bangun pagi
karena bagaimanapun juga ibu akan memastikan anak-anaknya telah mandi
dan sarapan sebelum berangkat ke kantor. Sesibuk apa pun, seorang ibu
akan bangun lebih pagi untuk membuatkan sarapan untuk anak-anaknya.
3. Lebih tahan dalam menghadapi masalah
Life
is never flat. Seorang ibu bekerja tentu banyak bertemu orang dengan
berbagai karakter. Banyak menghadapi permasalahan dalam aktivitas
kerjanya. Bertemu dengan orang yang suka atau yang tidak suka dengan
diri kita. Hal ini membuat si ibu bekerja akan lebih tahan dalam
menghadapi masalah. Dan anak-anak pun juga akan melihat dan mencontoh
apa yang dilakukan orang tuanya.
4. Memiliki manajemen waktu yang baik
Seorang
ibu bekerja akan dituntut untuk dapat membagi waktu antara pekerjaan
dengan keluarga tanpa harus menelantarkan salah satunya. Hal ini akan
membuat Si Ibu untuk bekerja seefisien dan semaksimal mungkin di kantor
sehingga mengurangi lembur atau membawa pekerjaan ke rumah. Hal ini
tentunya akan berdampak positif bagi prestasi kerja di kantor. Begitu
pula saat di rumah, Si Ibu akan berusaha semaksimal mungkin mencurahkan
waktu untuk keluarga tanpa mengotak-atik pekerjaan kantor.
5. Tidak mudah putus asa
Dalam
dunia kerja banyak hal-hal yang harus dicapai, tentunya hal ini
membutuhkan usaha dan kemampuan. Dan untuk mencapai hal-hal tersebut
seorang ibu bekerja tidak akan menyerah dengan suatu kegagalan karena
sesuatu yang harus dicapai tersebut merupakan salah satu tuntutan
pekerjaan. Sikap ini sedikit banyak akan berpengaruh dalam cara ibu
mendidik si kecil.
Saat ini saya sedang menikmati tugas saya
sebagai full time mom, kebetulan saya mengambil CLTN selama 3 tahun
sampai Si Ayah amenyelesaikan pendidikannya (salah satu pilihan yang
harus saya ambil demi kebersamaan bersama keluarga). Sungguh pengalaman
yang tidak akan saya sia-siakan sampai saya kembali bekerja 3 tahun
mendatang. Banyak peran seorang ibu yang dulu tidak bisa lakukan dan
sekarang saya dapat melakukannya. Yang paling berharga untuk saya adalah
dapat menemani anak saat sakit. Selain itu saya juga memiliki lebih
banyak waktu bermain bersama Syafa, membersihkan rumah setiap pagi (hal
yang jarang saya lakukan kecuali hari libur hehe...) , dapat
mengeksekusi resep-resep yang sudah lama tersimpan :-) , membuat variasi
menu makanan untuk Syafa yang termasuk si picky eater, termasuk lebih
dalam menggeluti bisnis online dan mulai menulis lagi.
Kalau
berbicara masalah capek, saya rasa sama saja antara full time mom vs
working mom. Bahkan jam kerja seorang full time mom bisa melebihi jam
kerja di kantor, mulai dari beberes rumah, antar jemput anak, menyapu,
ngepel, ke pasar, mencuci, menyetrika, memasak, menidurkan anak,
menemani anak belajar, dll (note : tentunya bagi IRT yang tidak
menggunakan jasa ART ). Hal ini kadang yang membuat para full time mom
merasa jenuh dan bosan dengan aktivitas sehari-harinya. Jika seorang ibu
bekerja masih bisa keluar rumah dan sejenak meninggalkan rutinitas
rumah tangga, berbeda dengan seorang ibu rumah tangga yang hanya
dihadapkan dengan rutinitas rumah tangga. Karena itu seorang full time
mom juga membutuhkan me time agar pikiran lebih fresh sehingga dapat melaksanakan aktivitas sehari-harinya dengan hati senang.
Menjadi
seorang ibu rumah tangga merupakan suatu pilihan yang juga patut
diacungi jempol. Tetapi bukan berarti sebagai ibu rumah tangga kita
hanya berdiam diri di rumah dan menjadi ibu-ibu berdaster yang hanya
mengerjakan pekerjaan-pekerjaan rumah tangga saja. Banyak kegiatan
positif bisa kita lakukan dari rumah yang dapat membuat kita menjadi
lebih produktif. Sebenarnya kegiatan yang dilakukan tidak harus menghasilkan namun
setidaknya bisa membuat kita merasa enjoy, menambah wawasan dan menambah
teman. Nah kegiatan-kegiatan ini juga dapat dimasukkan dalam daftar
kegiatan me time bunda..... Apa saja ya kegiatan positif yang dapat kita lakukan ?
1. Membuka Online shop
Sekarang
ini shopping tidak harus dilakukan dengan pergi ke mall, cukup lewat
gadget kita dapat hunting barang-barang yang kita inginkan. Banyak orang
yang tidak sempat berbelanja offline, mereka lebih memilih berbelanja
online. Bisnis ini sangat menyenangkan, dan cukup menjanjikan. Bunda
juga tidak perlu seharian menunggu toko, cukup dijalankan dari rumah
saja.
2. Menulis
Saat seorang diri di rumah dan tidak melakukan
hal apapun akan membuat seorang ibu menjadi bosan. Kesempatan ini dapat
digunakan untuk mencurahkan segala ide yang ada di dalam pikiran menjadi
sebuah tulisan. Kegiatan ini selain dapat melepaskan uneg-uneg dan
kejenuhan juga dapat membuat bunda menjadi lebih kreatif. Bahkan dari
kegiatan menulis ini dapat menghasilkan sebuah karya.
3. Membaca
Selepas
mengantar anak sekolah atau saat saat si kecil tidur, bunda dapat
melakukan kegiatan yang menyenangkan ini. Membaca apa pun yang bunda
suka akan membuat hati dan pikiran menjadi lebih fresh. Selain itu bunda
juga akan mendapatkan berbagai informasi serta inspirasi dari kegiatan
ini.
4. Perawatan Tubuh
Saat waktu senggang tidak ada salahnya
bunda melakukan treatment ini. Sekedar luluran, masker atau massage
dapat membuat tubuh menjadi lebih fresh. Treatment tidak harus dilakukan
di salon, kita juga dapat melakukannya di rumah.
5. Kegiatan-kegiatan lain yang bunda sukai.
Jika
kita selalu melihat rumput tetangga yang terlihat lebih hijau daripada
rumput sendiri tentu hidup kita tidak akan pernah tenang. Kalau kata
orang jawa "sawang sinawang" , belum tentu kondisi seseorang yang kita
lihat bahagia, ternyata juga memiliki masalah sendiri di dalamnya. Yang
jelas setiap manusia memiliki pilihan dan masalah sendiri dalam
hidupnya, tinggal bagaimana kita menyikapinya. Full time mom or working
mom , keduanya sama-sama mulia tinggal bagaimana kita dapat menerima dan
menjalankan konsekuensi atas sesuatu yang kita pilih. Merasa bahagia
dan bersyukur atas apa yang telah kita dapatkan sangat memberikan dampak
positif bagi kehidupan kita sehari-hari yang tentunya akan berpengaruh
dalam cara kita mendidik anak. Yang terpenting apapun profesi kita,
prioritas utama kita tetap memberikan perhatian, kasih sayang dan
memperhatikan perkembangan buah hati :-) .
Tulisan ini hanya sekedar coretan untuk saling berbagi dan reminder bagi diri
sendiri, tidak ada maksud untuk menggurui atau merasa lebih baik karena
masih banyak kesalahan-kesalahan yang saya lakukan dan masih harus
banyak belajar dari ibu-ibu lain yang lebih berpengalaman.
Semoga
bermanfaat :-)